
Kejadian tragis mengguncang wilayah Kelapa Gading, Jakarta Utara, pada Jumat (7/11/2025), ketika sebuah ledakan keras terjadi di area masjid SMAN 72 Jakarta saat waktu Salat Jumat. Peristiwa ini memunculkan kepanikan di antara siswa, guru, dan warga sekitar, serta menyebabkan 54 orang mengalami luka-luka.
Ledakan yang terdengar hingga radius ratusan meter itu membuat suasana sekolah berubah mencekam. Banyak siswa berhamburan keluar masjid, sementara guru dan petugas keamanan sekolah berusaha mengevakuasi para korban. Beberapa korban segera dilarikan ke RS Islam Cempaka Putih dan RS Yarsi, yang kini dijadikan posko penanganan darurat.
Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Asep Edi Suheri membenarkan jumlah korban tersebut. “Sebagian korban mengalami luka ringan dan sedang, beberapa sudah diperbolehkan pulang,” ujarnya di lokasi kejadian. Ia menambahkan, kepolisian masih melakukan penyelidikan intensif untuk mengungkap penyebab pasti ledakan.
Ditemukan Senjata Bertuliskan “Welcome to Hell” dan Nama Penembak Dunia
Saat olah tempat kejadian perkara (TKP), Tim Penjinak Bahan Peledak (Jihandak) bersama Densus 88 Antiteror menemukan sejumlah benda mencurigakan. Di antara temuan itu terdapat dua senjata api, yaitu senapan serbu SS2-V4 dan pistol revolver.
Yang mengejutkan, pada bodi senapan SS2-V4 ditemukan tulisan “Welcome To Hell” serta beberapa nama yang tak asing bagi publik internasional, yakni Alexandre Bissonnette dan Brenton Tarrant.
Kedua nama ini dikenal sebagai pelaku serangan teror berdarah di masjid. Bissonnette merupakan pelaku penembakan di Pusat Kebudayaan Islam Quebec, Kanada pada 2017 yang menewaskan enam orang. Sementara Tarrant adalah pelaku penembakan di dua masjid di Christchurch, Selandia Baru, pada Maret 2019 yang menewaskan 51 jemaah.
Selain itu, polisi juga menemukan tulisan “Agartha” di senapan tersebut. Kata ini dikenal dalam teori konspirasi “Hollow Earth”, yang menggambarkan sebuah kota tersembunyi di bawah bumi. Polisi menduga, simbol dan tulisan-tulisan tersebut bisa memiliki kaitan ideologis dengan pelaku.
Pelaku Diduga Siswa Sekolah, Motif Masih Diselidiki

Dari hasil penyisiran awal, petugas mengamankan seorang siswa berinisial FN, yang diduga sebagai pelaku atau setidaknya terlibat dalam peristiwa ini. Di dekat lokasi ledakan, polisi juga menemukan bom rakitan lain yang belum meledak, serta bahan-bahan yang digunakan untuk membuat peledak sederhana.
Hingga kini, pihak kepolisian belum mengungkap motif di balik tindakan tersebut. Namun, dugaan sementara mengarah pada aksi individu yang terpengaruh konten ekstrem di dunia maya. Di antara tulisan yang ditemukan di lokasi, terdapat pula frasa “natural selection” dan “Luca Trajo”, yang kini sedang dianalisis oleh tim forensik dan sosiologi kepolisian.
Ledakan ini menimbulkan duka mendalam bagi masyarakat. Banyak pihak menyoroti adanya kemiripan simbolik dengan aksi teror internasional seperti yang dilakukan Bissonnette dan Tarrant, yang dikenal memiliki ideologi ekstrem kanan dan anti-Islam.
Presiden Prabowo: Prioritaskan Penanganan Korban
Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi menyampaikan reaksi Presiden Prabowo Subianto setelah mendengar kabar ledakan. “Presiden menyampaikan keprihatinan mendalam dan meminta agar prioritas utama diberikan pada penanganan korban,” ujar Prasetyo di Istana Merdeka, Jakarta.
Prabowo juga menekankan pentingnya meningkatkan kepedulian sosial dan keamanan di lingkungan sekolah. “Beliau mengingatkan agar masyarakat lebih peka terhadap hal-hal mencurigakan di sekitar, terutama di lingkungan pendidikan,” tambahnya.
Kepolisian kini tengah memperluas penyelidikan dengan memeriksa rekaman CCTV sekolah dan jejak digital terduga pelaku. Selain itu, tim Densus 88 terus menyisir area sekitar sekolah untuk memastikan tidak ada bahan peledak lain yang tertinggal.
Imbauan Dinas Pendidikan: Sekolah Harus Lebih Waspada
Peristiwa ini memicu reaksi dari berbagai daerah. Kepala Dinas Pendidikan Jawa Timur, Aries Agung Paewai, mengimbau seluruh sekolah di wilayahnya untuk memperketat pengawasan. “Kami sangat prihatin dengan kejadian di SMAN 72 Jakarta. Ini menjadi peringatan agar sekolah lebih waspada dan memperketat keamanan,” ujarnya.
Aries meminta setiap sekolah menambah frekuensi patroli keamanan dan mewajibkan penjaga sekolah menanyakan keperluan setiap tamu yang masuk. “Langkah ini bukan untuk menakuti, tapi untuk menjaga keamanan dan ketenangan belajar siswa,” tambahnya.
Ia juga menyoroti potensi perundungan (bullying) sebagai faktor pemicu tindakan ekstrem. Menurut laporan awal, pelaku FN diduga mengalami tekanan sosial di sekolah. Aries menegaskan pentingnya pendekatan humanis dan peran guru BK (Bimbingan Konseling) dalam memantau kondisi psikologis siswa.
“Guru dan wali kelas harus lebih peka. Jangan biarkan anak yang tertutup atau terisolasi dibiarkan sendiri. Pendampingan emosional itu penting agar potensi tindakan berbahaya bisa dicegah sejak dini,” tegasnya.
Langkah ke Depan: Ciptakan Sekolah Aman dan Tanggap
Peristiwa ledakan di SMAN 72 Jakarta menjadi pengingat bahwa keamanan sekolah tidak hanya soal fisik, tetapi juga kesehatan mental siswa. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan kini tengah berkoordinasi dengan aparat untuk memperkuat sistem keamanan berbasis teknologi dan pengawasan sosial.
Dengan kerja sama antara guru, siswa, dan orang tua, diharapkan lingkungan belajar di seluruh Indonesia bisa tetap aman, nyaman, dan bebas dari kekerasan.
Ledakan ini memang meninggalkan luka dan trauma bagi banyak pihak. Namun, peristiwa ini juga menjadi momentum penting untuk memperbaiki sistem keamanan, memperkuat literasi digital, serta menumbuhkan empati sosial agar kasus serupa tak terulang di masa depan.