
Pada Rabu pagi, 3 September 2025, nilai tukar rupiah tercatat melemah tipis terhadap dollar AS, berada di kisaran Rp 16.423 per USD pada pukul 09.10 WIB—terlemah sebesar 9 poin atau 0,05% dari penutupan sebelumnya di Rp 16.414/USD, berdasarkan data Bloomberg.
Menurut analis Doo Financial Futures, Lukman Leong, pelemahan rupiah hari ini dipicu oleh penguatan the Greenback. Faktor utama yang menopang dollar AS adalah perlepasan besar-besaran obligasi pemerintah oleh negara-negara ekonomi kuat seperti AS, Uni Eropa, Inggris, dan Jepang—menyebabkan arus modal global menuju aset dollar AS.
Di sisi data, meski laporan ISM Manufaktur AS sedikit meleset dari ekspektasi—seolah melemah—namun justru tak terlalu membebani dollar AS yang tetap kokoh di pasar.
Lukman memproyeksikan bahwa pergerakan rupiah hari ini akan berada dalam rentang Rp 16.400 hingga Rp 16.500 per USD.
Dari Bursa ke Bank: Jisdor dan Kurs pada Bank Umum
Selain perdagangan spot, informasi dari kurs tengah Jisdor Bank Indonesia mencatat posisi rupiah pada Selasa, 2 September 2025, berada di Rp 16.418/USD, menguat dibandingkan hari sebelumnya pada Rp 16.463/USD.
Lebih lanjut, berikut nilai jual dan beli di empat bank besar:
Bank | Jual (Rp/USD) | Beli (Rp/USD) |
---|---|---|
BRI | 16.469 | 16.418 |
Mandiri | 16.450 | 16.400 |
BNI | 16.442 | 16.422 |
BCA | 16.430 | 16.410 |
Angka-angka tersebut menunjukkan bahwa di level retail, banks meminta premi sekitar Rp 16.430–16.469 untuk menjual USD, sementara mereka membeli USD dari masyarakat di kisaran Rp 16.410–16.422.
Rupiah memang tak sendirian melemah tahun ini. Dampak inflasi global, tekanan fiskal, hingga kekhawatiran investor menjadi latar di balik pergerakan negatif mata uang domestik sejak kuartal pertama.
Pada bulan Maret 2025, rupiah mencapai level paling lemah dalam beberapa tahun terakhir, hingga memaksa Bank Indonesia (BI) untuk terus melakukan intervensi di pasar spot dan obligasi guna menekan volatilitas.
Namun, ada harapan. Menurut analis TD Securities, dollar AS diperkirakan melemah sekitar 5% hingga akhir tahun 2025, membuka peluang penguatan bagi rupiah.BI bahkan menurunkan suku bunga acuannya dari 5,75% ke 5,50% pada Mei lalu, untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan stabilitas rupiah.
Bukan hanya faktor global, kondisi politik dalam negeri juga turut mempengaruhi. Gelombang demonstrasi besar-besaran sepanjang Agustus—diwarnai dengan kerusuhan, penjarahan, dan intervensi aparat—memicu keprihatinan investor terhadap stabilitas ekonomi jangka pendek. Rupiah sempat terkoreksi hingga hampir 1% terhadap dollar, memicu BI melakukan intervensi guna mencegah limbungnya stabilitas pasar.
Rupiah yang melemah ke Rp 16.423/USD pada 3 September 2025 bukan sebuah anomali, melainkan bagian dari tren tekanan struktural dan fluktuasi global. Momentum stabilisasi dipengaruhi oleh kebijakan BI, perkembangan ekonomi AS, serta iklim politik domestik.
- Jika tekanan eksternal (seperti yield obligasi global) mereda dan BI terus konsisten dalam intervensi, ada ruang bagi rupiah untuk menguat ke kisaran Rp 16.300–16.400/USD.
- Sebaliknya, jika krisis politik berlanjut atau ketegangan global meningkat, tekanan bisa memicu pelemahan menuju kisaran Rp 16.500 atau lebih.
Untuk pelaku pasar dan masyarakat, menjaga pandangan jangka menengah tetap realistis—rupiah berada dalam kisaran fluktuatif ini hingga akhir tahun.