Oktober 18, 2025

Amerika Serikat dan Qatar kembali memperlihatkan kedalaman hubungan bilateral mereka dengan pengumuman pembangunan fasilitas Angkatan Udara Qatar di dalam Pangkalan Angkatan Udara Mountain Home, Idaho. Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth dan Menteri Pertahanan Qatar Sheikh Saoud bin Abdulrahman Al Thani menandatangani surat persetujuan penting ini di Pentagon pada Jumat (10/10/2025), menandai babak baru dalam kemitraan strategis kedua negara.

Simbol Kepercayaan dan Peran Qatar di Panggung Global

Pengumuman ini datang bersamaan dengan pujian Hegseth terhadap peran krusial Qatar dalam memediasi perundingan gencatan senjata di Gaza. Hegseth secara khusus mengapresiasi upaya Doha dalam mencapai kesepakatan awal antara Israel dan Hamas, yang diharapkan dapat mengakhiri konflik dua tahun di Gaza. Ia bahkan menyebut bahwa “tidak ada orang lain selain Presiden [Donald] Trump yang dapat mencapai perdamaian yang kami yakini akan menjadi perdamaian abadi di Gaza, dan Qatar memainkan peran penting sejak awal.”

Sheikh Saoud bin Abdulrahman Al Thani pun menegaskan bahwa keberhasilan kesepakatan gencatan senjata ini adalah bukti nyata dari apa yang bisa dicapai ketika AS bekerja sama dengan mitra regional seperti Mesir dan Turki dengan “keberanian dan kepercayaan“. Hal ini menegaskan posisi Qatar sebagai pemain kunci dalam diplomasi Timur Tengah dan sekutu yang dapat diandalkan oleh Amerika Serikat.

Mountain Home, Idaho: Pusat Pelatihan Bersama F-15 Qatar

Inti dari perjanjian ini adalah pembangunan fasilitas di Pangkalan Angkatan Udara Mountain Home. Fasilitas ini dirancang untuk menampung kontingen pesawat tempur F-15 Qatar dan para pilotnya. Tujuannya adalah untuk “meningkatkan pelatihan gabungan kami, meningkatkan daya mematikan, [dan] interoperabilitas” antara kedua angkatan udara. Ini sejalan dengan program Jualan Ketentaraan Asing (Foreign Military Sales) senilai USD12 miliar pada tahun 2017 untuk pengadaan 36 jet tempur F-15QA oleh Qatar.

Ali al-Ansari, atase media Qatar untuk AS, segera memberikan klarifikasi penting. Ia menegaskan bahwa fasilitas ini “tidak akan menjadi pangkalan udara Qatar” di tanah Amerika. Sebaliknya, Qatar memberikan komitmen awal 10 tahun untuk membangun dan memelihara fasilitas khusus di dalam pangkalan AS yang sudah ada. Pengaturan ini bertujuan untuk menyediakan “pelatihan lanjutan dan untuk meningkatkan interoperabilitas dalam mempertahankan dan memajukan kepentingan bersama kami di seluruh dunia.” Ansari juga menambahkan bahwa proyek ini akan menciptakan ratusan lapangan kerja bagi warga Amerika selama fase konstruksi dan pemeliharaan.

Pola kerja sama ini bukanlah hal baru bagi AS. Beberapa negara Eropa, Singapura, Turki, dan NATO telah memiliki pengaturan serupa untuk pelatihan di fasilitas militer AS. Keberadaan pangkalan udara Al Udeid di Qatar, yang merupakan pangkalan Angkatan Udara AS terbesar di Timur Tengah, dan penobatan Qatar sebagai sekutu utama non-NATO oleh mantan Presiden Joe Biden pada tahun 2022, semakin memperkuat landasan kemitraan ini.

Geopolitik dan Kontroversi Internal

Waktu pengumuman perjanjian ini menonjolkan paradoks strategis di tengah ketegangan di Timur Tengah. Qatar telah menjadi target serangan, termasuk serangan udara Iran di Al Udeid dan serangan Israel di lingkungan Doha yang menargetkan delegasi Hamas. Presiden Trump bahkan mengeluarkan perintah eksekutif yang menyatakan bahwa setiap serangan bersenjata terhadap kedaulatan atau infrastruktur Qatar akan dianggap sebagai ancaman bagi keamanan AS, dan AS akan mengambil tindakan yang diperlukan untuk membela Qatar.

Namun, keputusan ini tidak luput dari kritik di dalam Amerika Serikat. Aktivis konservatif seperti Laura Loomer dan Ana Vandersteel menyuarakan penolakan, menggambarkannya sebagai pengikisan kedaulatan negara dan menudingnya berisiko bagi keamanan nasional dengan nada Islamofobia.

Menanggapi kritik ini, Menteri Hegseth dan pejabat senior pertahanan Amerika menolak dakwaan tersebut. Mereka menegaskan bahwa kemudahan di Idaho akan tetap sepenuhnya di bawah kendali dan pengawasan militer Amerika. Perjanjian ini, bagi Pentagon, adalah langkah untuk memperkuat hubungan industri pertahanan dan kerja sama strategis dengan sekutu utama di Teluk Parsi. Mereka menegaskan kembali bahwa “Qatar tidak akan memiliki pangkalan sendiri di AS, atau pangkalan serupa. Kami mengendalikan pangkalan yang ada, seperti yang kami lakukan dengan semua mitra.”

Fasilitas di Mountain Home ini telah disiapkan selama beberapa tahun, termasuk rencana pembangunan perumahan bagi sekitar 170 peserta pelatihan Qatar dan keluarga mereka. Ini menunjukkan komitmen jangka panjang AS dan Qatar untuk saling memperkuat kapabilitas militer dan memajukan kepentingan keamanan bersama di panggung global.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *