
Paris Saint-Germain (PSG) membuka pertahanan gelar Liga Champions mereka musim 2025-26 dengan sebuah demonstrasi kekuatan: kemenangan telak 4-0 atas Atalanta di Parc des Princes pada Matchday 1. tapi meski hasilnya memuaskan, pelatih Luis Enrique tetap menyuntikkan keseimbangan dalam optimisme — menyadari bahwa jadwal dan kondisi skuad akan menjadi ujian sesungguhnya.
PSG tidak buang waktu. Marquinhos membuka keunggulan hanya dalam tiga menit setelah kick-off, menunjukkan bahwa mereka datang dengan niat jelas untuk mengontrol permainan sejak detik pertama.
Usai gol pembuka, giliran Khvicha Kvaratskhelia, Nuno Mendes, dan Gonçalo Ramos yang ikut mempermanis malam untuk Les Parisiens. Kvaratskhelia menegaskan kelasnya lewat tendangan kaki kiri yang melewati penjaga gawang Atalanta. Sementara Mendes memanfaatkan ruang dan ketidaksiapan lawan di pertahanan sayap, dan Ramos — yang masuk sebagai pengganti — menutup pesta gol dengan chip cantik di masa tambahan waktu.
Tentu saja, ada momen yang sempat membuat napas tertahan: Bradley Barcola melewatkan penalti mendekati akhir babak pertama, tetapi itu tak meredam momentum PSG.
Meski tampil meyakinkan, PSG tidak lepas dari persoalan. Joao Neves harus ditarik keluar karena cedera paha, menambah daftar panjang pemain yang absen seperti Ousmane Dembélé, Desire Doué, dan Lucas Beraldo.
Luis Enrique antisipatif: ia menyebut bahwa fleksibilitas taktis sudah menjadi keharusan di tengah krisis cedera ini. Penggunaan pemain muda dan pergantian anggota skuad akan jadi bagian dari strategi untuk menjaga konsistensi performa.
Pelatih asal Spanyol ini tampak puas, namun tidak tenggelam dalam euforia. Berikut beberapa poin yang menonjol dari komentarnya:
- “It’s the best way to start the competition.” Enrique mengatakan bahwa hasil ini bukan hanya soal angka, tapi soal bagaimana PSG tampil — menyerang, menekan, memanfaatkan ruang, dan mempertahankan kontrol lawan meskipun Atalanta bertahan cukup rapat dengan tiga bek tengah.
- Ia pun menegaskan bahwa daftar pertandingan ke depan sangat berat, dan jadwal seperti “obstacle course” — melawan Barcelona, Leverkusen, Bayern Munich, Tottenham, Athletic Bilbao, Sporting, serta Newcastle.
- Strateginya untuk menyaksikan babak pertama dari tribun kembali menarik perhatian. Dari sana ia bisa melihat susunan taktik dan dinamika di lapangan dengan perspektif berbeda — kemudian turun ke bangku cadangan di babak kedua. Dengan cedera tulang selangka yang masih memengaruhi geraknya, Enrique memilih cara ini agar tetap terlibat penuh sambil meminimalisir risiko fisik.
Meski menang impresif, mengulang prestasi musim lalu — terutama mempertahankan gelar Liga Champions — adalah target yang jauh lebih kompleks. Beberapa faktor yang menjadi penentu:
- Konsistensi vs tantangan jadwal berat
Melawan tim-tim papan atas di fase grup dan selanjutnya, plus duel di liga domestik dan mungkin kompetisi lain, akan menguji fisik serta mental skuad PSG. Cedera bisa menjadi faktor pengganggu besar. - Kedalaman skuad dan rotasi pemain
PSG sudah kehilangan beberapa pemain penting sejak sebelum atau memasuki musim ini. Kemampuan anak muda untuk tampil baik dan penggantian yang efektif akan sangat menentukan dalam menjaga level kompetisi. - Kualitas lawan dan situasi pressurised
Atalanta bukan lawan mudah. Di beberapa momen mereka menekan dan membuat PSG bermain tidak nyaman. Lawan-lawan lain seperti Bayern Munich atau Barcelona kemungkinan akan lebih licin dan mampu memanfaatkan kesalahan kecil. - Mental menuju laga besar dan atmosfer lawan
PSG akan bertandang ke Camp Nou, menghadapi derby, dan bepergian ke markas lawan-yang-sulit. Setiap detail sedikit saja bisa membuat bedanya. Kesiapan mental dan strategi adaptif Enrique akan diuji.
PSG memulai kampanye Liga Champions mereka dengan cara yang paling ideal: dominasi penuh dan kemenangan meyakinkan. Mereka menunjukkan bahwa rasa lapar juara belum padam, bahwa permainan terbuka dan pressing tinggi masih menjadi ciri khas tim ini.