
Bodo, Norwegia – Malam di Aspmyra Stadion dipastikan akan sangat dingin, bukan hanya karena suhu ekstrem Norwegia yang membekukan, tetapi juga karena tekanan yang menyelimuti raksasa Italia, Juventus. Si Nyonya Tua bertandang ke markas Bodo/Glimt dalam lanjutan matchday kelima Liga Champions $2025/2026$, Rabu dini hari WIB ($26/11/2025$), dalam kondisi yang sangat memprihatinkan.
Laga ini bukan sekadar perjuangan meraih tiga poin, melainkan pertarungan melawan tren negatif, badai cedera, dan kondisi lapangan yang asing. Juventus, yang secara historis merupakan salah satu tim paling disegani di Eropa, saat ini terperosok di peringkat ke-26 dengan hanya mengantongi tiga poin dari empat pertandingan (tiga kali imbang, satu kali kalah).
Di sisi lain, Bodo/Glimt duduk di peringkat ke-29 dengan dua poin (dua kali imbang, dua kali kalah). Meski berada di bawah Juventus, klub Norwegia ini memiliki senjata tersembunyi yang membuat pelatih Juventus, Luciano Spalletti, sangat waspada: Aspmyra Stadion yang angker, cuaca dingin ekstrem, dan permukaan lapangan sintetis.
❄️ Lawan Sebenarnya: Cuaca Dingin dan Rumput Sintetis
Pelatih Luciano Spalletti, yang ditunjuk menggantikan Igor Tudor, telah menyuarakan kekhawatiran utamanya, yang ironisnya, bukanlah kekuatan taktis Bodo/Glimt, melainkan faktor alam dan teknis di Aspmyra.
“Ini pertandingan yang sangat sulit. Kami bercanda dengan para pemain, dan saya bilang kepada mereka bahwa ini lebih sulit dari yang mereka duga,” ungkap Spalletti, dikutip dari berbagai sumber.
“Lapangan dan cuacanya adalah sebuah kerugian. Udara yang kita hirup sangat berbeda, sangat dingin dan kami tidak terbiasa. Ini soal kebiasaan yang berbeda dari kami.”
Spalletti, yang pernah melatih di Rusia, memahami betul bagaimana suhu yang sangat rendah dapat memengaruhi ritme pernapasan dan pergerakan pemain yang terbiasa bermain di iklim Mediterania yang lebih hangat. Lapangan sintetis yang keras dan cepat di Aspmyra juga memberikan keuntungan besar bagi tuan rumah yang sudah terbiasa.
Badai Cedera di Benteng Pertahanan
Ironi semakin terasa mengingat ambisi Juventus untuk bangkit dari tiga hasil imbang beruntun di semua kompetisi. Misi wajib menang ini kini dibebani oleh krisis serius di lini pertahanan. Juventus datang ke Norwegia dengan skuad pincang di sektor bek tengah.
Tiga bek tengah andalan dipastikan absen secara bersamaan:
- Gleison Bremer: Masih dalam tahap pemulihan pasca operasi meniskus pada Oktober.
- Daniele Rugani: Menepi karena cedera otot.
- Federico Gatti: Absen mendadak dari rombongan tim karena terserang flu berat.
Absennya trio ini memaksa Spalletti untuk mengandalkan opsi darurat seperti Kelly dan Kalulu untuk berduet di jantung pertahanan, atau bahkan mendorong wing-back seperti Cabal untuk mengisi posisi tengah dalam formasi yang kemungkinan besar akan menjadi $3-4-2-1$. Krisis ini menjadi celah fatal yang bisa dieksploitasi oleh Bodo/Glimt.
Bodo/Glimt: Serigala Kutub yang Menggigit
Bodo/Glimt bukan lagi klub semenjana. Klub Norwegia ini telah membuktikan diri sebagai “serigala kutub” yang siap menerkam tim besar di kandang. Di musim Liga Champions ini, mereka menunjukkan gigitan yang kuat di Aspmyra:
- Mereka berhasil menahan imbang raksasa Inggris, Tottenham Hotspur, dengan skor $2-2$.
- Mereka memberikan perlawanan sengit melawan AS Monaco, meskipun akhirnya kalah tipis $0-1$ setelah bermain dengan 10 orang.
Pelatih Bodo/Glimt, Kjetil Knutsen, menyadari betul situasi yang dihadapi tim tamu. Ia menegaskan bahwa timnya siap memanfaatkan segala keunggulan yang mereka miliki.
“Juventus adalah tim hebat dengan sejarah yang hebat. [Spalletti] akan membutuhkan waktu untuk memberikan kontribusinya bagi tim, tetapi mereka terorganisir dengan baik,” kata Knutsen.
“Namun, kami menunjukkan saat melawan Tottenham dan Monaco bahwa kami mampu bersaing dengan tim-tim papan atas. Kami harus menunjukkan kemampuan terbaik melawan tim yang kuat,” tegasnya, menyoroti kemampuan timnya bermain agresif dan cepat di permukaan sintetis.
Ditambah lagi, Bodo/Glimt memiliki pemain yang pernah merasakan atmosfer Serie A, seperti Jens Petter Hauge (eks AC Milan), yang pastinya termotivasi untuk membuktikan diri melawan tim Italia.
Catatan Tandang Pahit Juventus di Eropa
Kekhawatiran Spalletti bukan tanpa dasar. Sejarah mencatat bahwa rekor tandang Juventus di kompetisi Eropa belakangan ini sangat buruk.
- Tren Negatif Tandang: Juventus hanya meraih satu kemenangan dari 12 laga tandang terakhir mereka di kompetisi Eropa, sebuah statistik yang sangat memalukan bagi klub sekaliber Bianconeri.
- Kutukan Norwegia: Juventus juga memiliki rekor tandang buruk di Norwegia, selalu berakhir imbang dengan skor identik $1-1$ melawan klub lokal (melawan Kongsvinger IL $1993$ dan tiga kali melawan Rosenborg antara $1997$ hingga $2001$).
Mengingat kondisi cuaca, lapangan, badai cedera, dan performa tandang yang loyo, kunjungan ke Bodo/Glimt adalah ujian mental dan fisik yang sesungguhnya. Dusan Vlahovic dan Kenan Yildiz di lini depan wajib mengeluarkan kemampuan terbaik untuk memecah kebuntuan yang melanda tim.
Kemenangan adalah harga mati. Gagal meraih tiga poin di Norwegia akan membuat peluang Juventus untuk melaju ke babak berikutnya melalui jalur 24 besar klasemen fase liga menjadi semakin terjal, sekaligus memperpanjang “titik nadir” mereka di kompetisi Eropa musim ini.
Perkiraan Susunan Pemain (4-3-3 Bodo/Glimt vs 3-4-2-1 Juventus):