

Pasar keuangan global tengah menjadi sorotan setelah dua sosok ternama, ekonom veteran Amerika Serikat Harry Dent dan penulis buku finansial legendaris Rich Dad Poor Dad, Robert Kiyosaki, sama-sama melontarkan peringatan keras. Keduanya menilai dalam waktu dekat dunia bisa menghadapi “crash besar” yang dampaknya meluas, mulai dari pasar saham, kripto, hingga logam mulia.
Dent, yang dikenal lewat analisis siklus ekonomi panjangnya, melihat tanda-tanda koreksi sudah semakin nyata. Ia menyoroti pergerakan Bitcoin, indeks Nasdaq 100, dan saham Nvidia sebagai indikator penting. Dalam wawancara di Rich Dad Channel pada 20 Agustus 2025, Dent menyebut ketiga grafik tersebut menunjukkan pola yang sama: akselerasi harga yang justru bergerak dalam tren menurun.
“Saya punya tiga grafik di meja: Nasdaq 100, Bitcoin, dan Nvidia. Semuanya mengalami percepatan, tetapi dalam saluran menurun. Itu berarti kita sangat dekat dengan puncak — dan ketika itu terjadi, sejarah menunjukkan gejolak berikutnya bisa sangat brutal,” ujar Dent.
Nvidia dan Tren AI Bisa Jadi Bumerang
Dent menilai reli spektakuler saham Nvidia, yang menjadi wajah utama tren kecerdasan buatan (AI) sejak 2024, tidak akan bertahan lama. Selama hampir dua tahun terakhir, kapitalisasi pasar Nvidia melesat tajam dan membuatnya masuk jajaran perusahaan teknologi paling bernilai di dunia. Namun, Dent berpendapat euforia itu telah mendekati ujung jalan.
“Nvidia satu-satunya yang belum benar-benar mencapai puncaknya, mungkin masih ada kenaikan satu sampai dua persen lagi. Tapi setelah itu akan terkena tekanan yang sama. Kita sudah melihat stimulus besar, teknologi baru muncul dengan kuat, dan sekarang siklusnya mengarah pada koreksi,” tegasnya.
Menurut Dent, kondisi ini sangat mirip dengan gelembung teknologi pada awal tahun 2000-an, ketika optimisme berlebihan terhadap internet akhirnya memicu kehancuran pasar.
Bitcoin Masih Perkasa, tapi Rentan
Dent juga menyoroti pasar kripto. Saat wawancara digelar, Bitcoin masih bertahan di kisaran 115.000 dolar AS, sementara Ethereum mendekati 4.300 dolar AS. Angka ini jauh lebih tinggi dibanding tahun-tahun sebelumnya, namun Dent mengingatkan investor agar tidak terlena.
“Crypto bertujuan mendesentralisasi dan mengotomatisasi keuangan. Ini revolusioner, tidak diragukan lagi, tetapi masih dalam tahap awal. Itu berarti volatilitas. Bitcoin mungkin akan mengubah dunia, tapi tidak akan lolos dari crash berikutnya,” katanya.
Menurutnya, kripto tetaplah instrumen berisiko tinggi. Meskipun memiliki potensi jangka panjang, Dent percaya arus keluar modal yang besar bisa membuat harga kripto anjlok signifikan dalam fase koreksi mendatang.
Siklus Pasar Tidak Bisa Dihindari
Dent menegaskan bahwa meskipun teknologi AI dan blockchain akan memainkan peran besar di masa depan, siklus ekonomi klasik tetap berlaku. Reli besar biasanya diikuti dengan periode penyesuaian atau bahkan kehancuran sebelum fase pertumbuhan berikutnya.
“Sebesar apa pun saya menyukai industri ini, ketiga grafik itu memberi sinyal yang sama: crash besar kemungkinan terjadi dalam beberapa tahun ke depan. Gejolak itu akan membersihkan kelebihan dan menjadi panggung bagi fase pertumbuhan nyata,” ucap Dent.
Kiyosaki: Saatnya Pindah ke Aset Nyata
Sejalan dengan pandangan Dent, Robert Kiyosaki juga menegaskan dunia sedang menuju apa yang ia sebut sebagai “crash terbesar dalam sejarah.” Penulis yang karyanya telah menginspirasi jutaan orang dalam pengelolaan keuangan pribadi itu meminta investor berhati-hati terhadap ketergantungan pada mata uang fiat, khususnya dolar AS.
“Uang palsu seperti dolar AS akan semakin kehilangan daya beli. Investor harus melindungi diri dengan aset nyata seperti emas, perak, atau properti produktif,” kata Kiyosaki.
Prediksi Kiyosaki tidak lepas dari tren harga komoditas sepanjang 2025. Emas mencatat lonjakan 28 persen secara tahunan, sementara perak bahkan melesat 29 persen, mendekati 40 dolar AS per ons. Reli ini menjadi sinyal bahwa banyak investor global mulai mencari perlindungan dari potensi guncangan pasar.
Apa Artinya Bagi Investor?
Jika prediksi kedua tokoh ini benar, maka beberapa hal bisa menjadi catatan penting bagi investor:
- Diversifikasi jadi kunci – Jangan hanya mengandalkan saham teknologi atau kripto, sebaiknya mulai mempertimbangkan logam mulia atau instrumen defensif.
- Waspadai euforia – Tren AI dan kripto memang menjanjikan, namun harga yang naik terlalu cepat biasanya tidak berkelanjutan.
- Siap mental menghadapi volatilitas – Crash, jika benar terjadi, bisa membuka peluang baru setelah “pembersihan pasar” selesai.
Kesimpulan
Peringatan Harry Dent dan Robert Kiyosaki memberi sinyal kuat bahwa pasar keuangan global sedang berada di persimpangan jalan. Reli besar di saham teknologi, kripto, hingga komoditas mungkin segera mencapai puncaknya. Bagi investor, langkah bijak bukanlah menebak kapan crash terjadi, melainkan menyiapkan strategi agar tetap bertahan jika badai benar-benar datang.
Seperti kata Dent, setiap krisis selalu diikuti dengan peluang baru. Pertanyaannya kini: siapa yang siap bertahan hingga fase pertumbuhan berikutnya tiba?