Desember 12, 2025

Jakarta, Indonesia – Di tengah lanskap pasar keuangan global yang terus bergejolak dan diwarnai fragmentasi geopolitik serta ketidakseimbangan fiskal negara maju, emas kembali menegaskan posisinya. Logam mulia ini tidak lagi sekadar dianggap sebagai aset safe haven tradisional, melainkan telah bertransformasi menjadi komponen diversifikasi strategis yang esensial dalam portofolio multi-aset, terutama bagi investor domestik di Indonesia.

Pandangan ini diperkuat oleh analisis dari Allianz Global Investors Asset Management Indonesia (AllianzGI Indonesia). Mereka menilai bahwa daya tarik emas bagi investor lokal semakin diperkuat oleh ketahanan fundamental ekonomi Indonesia yang diproyeksikan tetap solid hingga memasuki tahun 2026.

🇮🇩 Fondasi Domestik yang Kuat: Magnet Bagi Emas

President Director AllianzGI Indonesia, Aliyahdin Saugi, menegaskan bahwa prospek makroekonomi Indonesia memasuki tahun 2026 berada dalam kategori yang sangat meyakinkan. Kestabilan ini berfungsi sebagai pendorong utama yang membuat emas semakin relevan sebagai instrumen penyeimbang.

“Fundamental Indonesia masih solid memasuki tahun 2026. Pertumbuhan ekonomi didukung oleh konsumsi domestik dan investasi infrastruktur yang kuat, inflasi yang terjaga dalam target Bank Indonesia, serta nilai tukar Rupiah yang relatif stabil meski volatilitas global meningkat. Dalam konteks ketahanan domestik yang kontras dengan ketidakpastian global ini, emas menjadi instrumen diversifikasi yang semakin relevan bagi investor Indonesia,” ujar Aliyahdin dalam keterangan tertulisnya pada Jumat (12/12/2025).

Kombinasi unik antara ketidakpastian global yang memicu risiko dan ketahanan domestik yang menciptakan stabilitas, menghasilkan ruang ideal bagi emas untuk mengambil peran sentral sebagai penyeimbang alami di tengah portofolio yang umumnya didominasi oleh aset risiko tinggi seperti saham dan aset pendapatan tetap seperti obligasi.

Emas menawarkan perlindungan ganda: ia adalah lindung nilai terhadap inflasi yang mungkin sewaktu-waktu melonjak, sekaligus lindung nilai terhadap depresiasi mata uang di tengah pergerakan modal global yang agresif.

🌐 Ekosistem Emas Domestik yang Matang

Peningkatan harga emas global belakangan ini, yang didorong oleh demand dari bank sentral dunia dan meningkatnya risiko geopolitik, turut tercermin jelas di pasar domestik Indonesia.

Menurut Aliyahdin, ekosistem investasi emas di Indonesia saat ini jauh lebih matang dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Permintaan ritel meningkat signifikan, didukung oleh perkembangan pesat platform emas digital yang mempermudah akses investasi dengan modal terjangkau. Selain itu, regulasi bullion bank yang semakin diperkuat oleh otoritas keuangan nasional turut memperkuat ekosistem emas, menjamin likuiditas dan keamanan bagi investor.

“Semua ini membuka peluang yang lebih besar bagi investor untuk memanfaatkan emas sebagai aset pelindung dan pencipta nilai di tengah dinamika global,” tambahnya.

📊 Perspektif Global: Emas sebagai Portfolio Differentiator

Dari kacamata global, Tim Chief Investment Officer (CIO) AllianzGI, melalui laporan riset terbarunya bertajuk Gold: The Portfolio Differentiator”, menyoroti adanya pergeseran struktural pasar yang mendasarinya performa unggul emas.

Laporan tersebut menekankan dua karakteristik utama emas:

  1. Korelasi Rendah: Emas memiliki korelasi historis yang rendah terhadap ekuitas (seperti indeks S&P 500) dan obligasi pemerintah AS. Ketika kedua aset mayoritas ini berada di bawah tekanan (misalnya, bear market), emas cenderung bergerak independen, atau bahkan naik, sehingga secara efektif meredam volatilitas keseluruhan portofolio.
  2. Aset Riil dan Daya Beli: Sifatnya sebagai aset riil memungkinkan emas secara intrinsik menjaga daya beli investor dari waktu ke waktu, menjadikannya jangkar yang kuat dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi jangka panjang.

“Menurut pandangan kami, peran emas yang terus berkembang menjadi semakin jelas. Emas yang dulunya hanya dianggap sebagai lindung nilai yang aman, kini berfungsi sebagai aset strategis di tengah meningkatnya risiko fiskal negara-negara maju dan fragmentasi geopolitik yang semakin nyata,” papar Tim CIO AllianzGI.

🎯 Peningkatan Bobot Emas dalam Alokasi Strategis

Sejalan dengan keyakinan ini, AllianzGI sendiri telah mengambil langkah proaktif. Perusahaan investasi global ini telah meningkatkan bobot logam mulia dalam beberapa alokasi aset strategisnya selama beberapa tahun terakhir. Penyesuaian ini didasarkan pada keyakinan bahwa emas kini berfungsi sebagai lindung nilai jangka panjang yang lebih efektif dibandingkan aset safe haven tradisional lainnya dalam situasi pasar yang ada.

Ke depan, relevansi strategis emas diperkirakan akan terus meningkat hingga 2026 dan seterusnya. Pendorong jangka panjang yang mendukung daya tarik logam mulia ini mencakup:

  • Ketidakseimbangan Fiskal Negara Maju: Defisit anggaran yang besar dan peningkatan utang negara maju memicu kekhawatiran terhadap nilai mata uang fiat dan stabilitas keuangan global.
  • Fragmentasi Geopolitik: Ketegangan perdagangan dan konflik regional meningkatkan risiko sistemik.
  • Dedolarisasi: Upaya beberapa negara untuk mengurangi ketergantungan pada Dolar AS dalam perdagangan internasional dan cadangan devisa.

Pada akhirnya, emas membuktikan kemampuannya untuk memberikan kinerja positif saat instrumen tradisional lainnya sedang mengalami tekanan. Ketika instrumen safe haven seperti obligasi pemerintah mulai kehilangan sebagian fungsi perlindungannya (akibat suku bunga rendah atau risiko kredit yang meningkat), karakteristik unik emas—korelasi rendah, sifat aset riil, likuiditas tinggi, dan nilai intrinsik—menjadikannya komponen yang semakin tak tergantikan dalam portofolio yang benar-benar terdiversifikasi. Investor Indonesia didorong untuk mengevaluasi kembali alokasi aset mereka dan mempertimbangkan peran emas sebagai benteng pertahanan menuju tahun 2026 yang penuh tantangan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *