Kekhawatiran yang sudah lama merayap di pasar kripto kini menjadi kenyataan. Harga Bitcoin (BTC) kembali anjlok tajam, memicu ketakutan baru di kalangan investor global mengenai potensi crash pasar kripto yang lebih dalam. Mata uang digital terbesar ini kini diperdagangkan di kisaran $86.000 per koin, anjlok signifikan dari level puncaknya di $126.000 yang sempat dicapai pada Oktober lalu. Penurunan dramatis ini menempatkan Bitcoin pada posisi terendah sejak April.
Kejatuhan harga yang menyeret pasar kripto lebih dalam ini terutama didorong oleh strategi risk-off para investor yang bereaksi terhadap dua faktor utama: kekhawatiran likuidasi pasar dan ketidakpastian langkah Federal Reserve (The Fed).
Ancaman Penjualan dan Sentimen Negatif Pasar
Sentimen pasar menjadi semakin negatif setelah muncul spekulasi yang mengkhawatirkan mengenai potensi penjualan besar (liquidation) hingga $1 triliun di seluruh pasar kripto. Meskipun angka ini masih berupa perkiraan, potensi mass selling ini cukup untuk memicu kepanikan dan menekan harga Bitcoin hingga sempat mendekati batas psikologis $80.000 per koin.
“Bitcoin berada di posisi paling berisiko dan terus melanjutkan tren penurunan yang dimulai sejak akhir Oktober. Jika pelaku pasar kehilangan kepercayaan pada saham teknologi, kripto akan semakin terpuruk,” ujar Dan Coatsworth, Head of Markets AJ Bell, dikutip dari Forbes.
Kripto, yang sering diperlakukan sebagai aset berisiko tinggi (high-beta asset), rentan terhadap perubahan selera risiko investor. Ketika dana keluar dari pasar saham teknologi yang sensitif terhadap suku bunga, kripto biasanya menjadi korban berikutnya.
🏦 The Fed: Harapan Pemangkasan Suku Bunga yang Semu
Tekanan terbesar bagi Bitcoin saat ini datang dari Washington, tepatnya dari The Fed. Pelaku pasar kini berusaha keras mengantisipasi langkah bank sentral AS tersebut, terutama setelah rilis data ketenagakerjaan AS yang tertunda memberikan kejutan positif.
Data terbaru menunjukkan pertumbuhan tenaga kerja di AS menembus ekspektasi pada September, menjadi yang tertinggi dalam lima bulan terakhir dengan penambahan 119.000 pekerjaan. Data ekonomi yang kuat seperti ini secara signifikan menekan peluang pemangkasan suku bunga pada pertemuan The Fed 9 Desember mendatang.
Sara Devereux, kepala bisnis obligasi Vanguard, memperingatkan bahwa pasar mungkin terlalu optimis terhadap kebijakan moneter The Fed.
“Terlalu banyak pemangkasan suku bunga telah diperhitungkan oleh pasar saat ini. Pasar terlalu bergantung pada itu. Mungkin hanya akan ada satu atau dua pemangkasan,” kata Devereux.
Pernyataan ini berlawanan dengan ekspektasi banyak pelaku pasar yang mengharapkan hingga empat kali pemangkasan tahun depan. Harapan yang terlalu tinggi terhadap “kado Natal” berupa pemangkasan suku bunga kini berisiko hancur.
“Melihat sikap hati-hati The Fed pada risalah sebelumnya dan kuatnya data tenaga kerja, kemungkinan besar tidak akan ada perubahan,” tambah Isaac Stell, Investment Manager Wealth Club.
🎲 Ketidakpastian Menguasai Pasar
Ketidakpastian sikap The Fed semakin memperburuk kondisi. Coatsworth dari AJ Bell menyoroti pesan yang saling bertentangan ini membuat investor sulit memprediksi langkah ke depan. Peluang tidak ada perubahan suku bunga pada Desember kini mencapai 67 persen, padahal sebulan lalu, peluang pemangkasan seperempat poin nyaris pasti, mencapai 98 persen.
Perubahan drastis dalam probabilitas ini menunjukkan betapa volatilnya sentimen pasar. Jika The Fed benar-benar mempertahankan suku bunga restriktif lebih lama dari yang diantisipasi, biaya pinjaman akan tetap tinggi. Hal ini akan terus menarik likuiditas keluar dari aset berisiko seperti kripto dan menekan harga Bitcoin ke level yang lebih dalam lagi.
Untuk saat ini, pasar kripto berada dalam mode waspada tinggi. Investor harus bersiap menghadapi gejolak lebih lanjut, karena nasib Bitcoin dan aset digital lainnya tampaknya akan terus terikat pada keputusan moneter The Fed dan kekuatan ekonomi AS.
