Oktober 25, 2025

Jakarta, Indonesia – Dalam sebuah langkah strategis yang mengejutkan, Presiden Prabowo Subianto memerintahkan agar Bahasa Portugis diajarkan dalam sistem pendidikan nasional Indonesia. Keputusan ini disampaikan Prabowo di sela-sela kunjungan kenegaraan Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva ke Istana Merdeka, Jakarta Pusat, pada Kamis (23/10/2025). Arahan ini menandai komitmen serius pemerintah Indonesia untuk memperkuat hubungan bilateral dengan Brasil, serta membuka babak baru dalam diplomasi kebudayaan Indonesia.

“Saya akan memberi petunjuk kepada Menteri Pendidikan Tinggi [Brian] dan Menteri Pendidikan Dasar [Abdul] untuk mulai mengajar Bahasa Portugis di sekolah-sekolah kita. Ini bukti bahwa kita memandang hubungan Brasil dan Indonesia sangat besar,” ujar Prabowo, dikutip dari Bloomberg Technoz.

Komitmen Hubungan Strategis Selatan-Selatan

Presiden Prabowo menegaskan bahwa kebijakan ini bukan sekadar simbolis, melainkan bentuk konkret komitmen pemerintah Indonesia untuk memperkuat hubungan bilateral dengan Brasil. Brasil dinilai sebagai mitra yang semakin strategis di kawasan selatan dunia. Kunjungan kenegaraan Presiden Lula ke Indonesia, yang merupakan balasan atas kunjungan Prabowo ke Brasília pada Juli lalu, menjadi simbol eratnya hubungan kedua negara.

Menteri Luar Negeri (Menlu) Sugiono turut menjelaskan keputusan Presiden Prabowo ini berkaitan erat dengan keinginan untuk membentuk “new special relationship” antara Indonesia dan Brasil. Menurutnya, komunikasi menjadi aspek fundamental dalam meningkatkan kerja sama kedua negara di berbagai bidang.

“Tadi disampaikan bahwa akan ada pelajaran Bahasa Portugis, karena komunikasi merupakan sesuatu yang penting untuk meningkatkan kerja sama. Untuk itu, beliau meminta memasukkan Bahasa Portugis ke dalam kurikulum pendidikan,” tutur Sugiono.

Selain aspek pendidikan, pertemuan antara kedua kepala negara ini juga menyaksikan berbagai kesepakatan kerja sama di bidang politik dan bisnis, termasuk energi dan pertambangan, sains teknologi dan inovasi, serta statistik. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan Indonesia-Brasil akan diarahkan menuju kerja sama konkret yang saling menguntungkan.

Potensi Ekspansi Global Melalui Bahasa Portugis

Keputusan menjadikan Bahasa Portugis sebagai bahasa prioritas dalam pendidikan nasional juga dilihat sebagai pendekatan baru dalam diplomasi kebudayaan Indonesia. Bahasa Portugis merupakan bahasa resmi di sembilan negara dan digunakan oleh lebih dari 260 juta penduduk di dunia. Dengan kebijakan ini, Indonesia berpotensi memperluas jangkauan kerja sama ekonomi, pendidikan, dan kebudayaan dengan negara-negara yang tergabung dalam Community of Portuguese Language Countries (CPLP), termasuk Portugal, Angola, dan Mozambik.

Hubungan diplomatik antara Indonesia dan Brasil sendiri telah terjalin sejak 1953. Pada tahun 2023, nilai perdagangan kedua negara mencapai sekitar US$ 6,1 miliar, dengan ekspor utama Indonesia meliputi karet, minyak kelapa sawit, dan produk elektronik. Sementara itu, Brasil mengekspor kedelai, gula, dan daging sapi ke Indonesia. Penguasaan bahasa Portugis diharapkan dapat lebih melancarkan arus kerja sama ekonomi ini.

Prabowo juga menekankan bahwa Bahasa Portugis kini sama prioritasnya dengan bahasa lain yang sudah lebih dahulu diajarkan di sekolah, seperti Bahasa Inggris, Arab, Mandarin, Jepang, Korea, Prancis, Jerman, dan Rusia. Ini juga mencakup Bahasa Spanyol, menunjukkan orientasi Indonesia untuk memperkuat hubungan dengan negara-negara penutur rumpun bahasa Iberia.

Tinjauan Historis dan Manfaat Diplomatik

Mantan Duta Besar Indonesia untuk Portugal, Francisco Xavier Lopes da Cruz, menyambut baik keputusan ini. Ia menilai pentingnya pengajaran Bahasa Portugis mengingat sejarah panjang pengaruh Portugal di Nusantara sejak tahun 1509. Pemahaman bahasa ini tidak hanya memperkaya wawasan sejarah bangsa, tetapi juga memperkuat hubungan bilateral dengan negara-negara berbahasa Portugis lainnya, termasuk Timor Leste, Makau, Angola, dan Mozambik.

Francisco percaya bahwa kemampuan berbahasa Portugis akan membuka peluang kerja sama baru dalam bidang kebudayaan, ekonomi, hingga tenaga kerja. Ia menyoroti potensi kerja sama di bidang olahraga, terutama sepak bola, mengingat akademi-akademi sepak bola ternama di Portugal. Selain itu, Brasil yang memiliki kemiripan dengan Indonesia sebagai negara besar kaya sumber daya alam dapat saling belajar dalam mengelola kekayaan alam dan memperkuat posisi ekonomi di forum global seperti BRICS, yang kini juga diikuti Indonesia.

Tantangan Implementasi dan Pentingnya Kajian Komprehensif

Meski memiliki visi yang menjanjikan, keputusan ini juga menyimpan sejumlah tantangan mendasar. Ahli bahasa dari Universitas Pendidikan Indonesia, Kholid Harras, menyoroti ketersediaan sumber daya manusia. Indonesia praktis kekurangan guru bahasa Portugis atau Spanyol. Tanpa strategi pelatihan nasional yang matang, pemerintah mungkin harus mengimpor tenaga pengajar dengan biaya besar. Ini menjadi ironis di tengah upaya meningkatkan kualitas literasi dasar anak-anak Indonesia.

Tantangan lain adalah minat masyarakat yang masih rendah terhadap Bahasa Portugis dan Spanyol, di mana Bahasa Inggris masih dianggap “mata uang global” paling bernilai. Kholid juga menyoroti persoalan integrasi kurikulum. Menambah bahasa baru berarti menambah beban belajar siswa di tengah sistem yang sudah padat dan berorientasi ujian, berpotensi memperburuk tingkat stres pelajar dan meningkatkan angka putus sekolah. Infrastruktur pendukung seperti buku ajar dan akses internet untuk aplikasi pembelajaran juga belum merata.

Pengamat kebijakan pendidikan dan Guru Besar UPI, Cecep Darmawan, menambahkan bahwa kebijakan pendidikan seperti ini sebaiknya didasarkan pada hasil riset dan kajian yang matang atau evidence-based policy. Ia juga mengingatkan bahwa bahasa Portugis memiliki dua dialek utama (Eropa dan Brasil) yang perlu diperhatikan dalam penyusunan kurikulum. Cecep mengusulkan agar pembelajaran Bahasa Portugis bersifat opsional, bukan wajib, sehingga siswa yang tertarik bisa memilih mempelajarinya tanpa membebani mereka yang masih berjuang menguasai bahasa asing lain.

Pada akhirnya, keputusan Presiden Prabowo untuk menjadikan Bahasa Portugis sebagai mata pelajaran prioritas dalam sistem pendidikan Indonesia menandai langkah berani dalam kebijakan linguistik nasional yang berpotensi memperluas cakrawala global Indonesia. Namun, keberhasilan implementasinya akan sangat bergantung pada perencanaan matang, kesiapan sumber daya, dan keberpihakan pada pemerataan mutu pendidikan di seluruh penjuru negeri.


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *