Oktober 24, 2025

Gelombang demonstrasi “No Kings” guncang AS. Jutaan warga di 50 negara bagian tolak kebijakan Trump yang dinilai otoriter, memicu tanggapan AI kontroversial.

Amerika Serikat Diguncang Protes “No Kings”: Jutaan Warga Turun ke Jalan

Pada Sabtu, 18 Oktober 2025, Amerika Serikat menjadi saksi bisu gelombang demonstrasi besar-besaran yang mengguncang seluruh 50 negara bagian. Aksi bertajuk “No Kings” ini menghadirkan jutaan massa yang turun ke jalan, dari New York hingga Los Angeles, bahkan merambah kota-kota kecil hingga dekat kediaman pribadi Presiden Donald Trump di Florida. Mereka bersatu menyuarakan kemarahan dan kekecewaan terhadap kebijakan keras Presiden Trump, yang dinilai otoriter dan antidemokrasi.

Penyelenggara mengklaim sekitar tujuh juta orang terlibat dalam aksi ini, menjadikannya salah satu mobilisasi massa terbesar sejak kembalinya Trump ke Gedung Putih. Di Washington DC, ribuan peserta memadati area dekat Gedung Capitol, tempat pemerintahan federal lumpuh akibat penutupan selama tiga minggu akibat kebuntuan politik di Kongres. Teriakan “Beginilah rupa demokrasi!” menggema, bersama dengan seruan “Hei hei ho ho, Donald Trump harus pergi!”. Banyak demonstran mengibarkan bendera Amerika, beberapa bahkan terbalik sebagai sinyal keresahan mendalam.

Pesan Demokrasi dan Perlawanan Simbolik

Jalanan dihiasi spanduk dan poster warna-warni yang membawa pesan kuat: “Lindungi Demokrasi” dan “Bubarkan ICE”. Badan Imigrasi dan Bea Cukai (ICE) AS telah lama menjadi simbol kebijakan anti-imigran pemerintahan Trump, dan tuntutan untuk menghapuskannya menunjukkan penolakan keras terhadap pendekatan tersebut.

Para demonstran secara terbuka mengecam gaya kepemimpinan Trump yang dinilai penuh kekerasan, termasuk serangan terhadap media, lawan politik, dan kelompok imigran. “Saya tidak pernah membayangkan hidup untuk menyaksikan kehancuran negara demokrasi saya. Kita sedang dalam krisis. Rezim ini kejam dan otoriter. Saya tak bisa tinggal diam di rumah,” ujar Colleen Hoffman (69), seorang pensiunan dari New York, yang berunjuk rasa di Broadway.

Aksi protes juga diwarnai dengan simbolisme unik. Di Los Angeles, para peserta mengibarkan balon raksasa bergambar Trump mengenakan popok. Lebih menarik lagi, beberapa demonstran membawa bendera dengan logo tengkorak yang terinspirasi dari anime bajak laut populer “One Piece“. Simbol ini telah menjadi ikon protes anti-pemerintah yang kini populer di berbagai negara, dari Peru hingga Madagaskar, menunjukkan adanya kesamaan sentimen global. “Lawan ketidaktahuan, bukan migran,” bunyi salah satu spanduk di Houston, kota dengan hampir seperempat populasinya adalah imigran, menggarisbawahi isu imigrasi sebagai inti protes.

Meskipun sebagian besar berlangsung damai, bentrokan sempat terjadi di pusat kota Los Angeles. Polisi menembakkan gas air mata dan peluru karet untuk membubarkan massa pada Sabtu malam. Divisi Pusat LAPD melalui platform X menjelaskan, “Setelah ribuan orang mengekspresikan hak konstitusionalnya secara damai, sekitar seratus agitator berbaris ke Aliso dan Alameda, menggunakan laser dan lampu kilat industri.” Perintah pembubaran pun dikeluarkan, meskipun tidak disebutkan adanya penangkapan.

Respons Kontroversial dari Trump dan Sekutunya

Menanggapi aksi massa ini, Presiden Trump tidak tinggal diam. Ia meremehkan jumlah peserta dan mengunggah serangkaian video buatan AI di platform Truth Social miliknya. Dalam video-video tersebut, ia digambarkan sebagai seorang raja yang mengenakan mahkota dan mengemudikan jet tempur bertuliskan “King Trump”, menjatuhkan sesuatu yang tampak seperti kotoran ke arah pengunjuk rasa anti-Trump. Video berdurasi 19 detik tanpa keterangan ini, yang sebenarnya berasal dari akun @Xerias_X di X, menuai kontroversi dan menambah panasnya suasana politik.

Ketua DPR Mike Johnson, sekutu dekat Trump, mengecam demonstrasi ini sebagai aksi “Benci Amerika”. “Kalian menyatukan kaum Marxis, Sosialis, pendukung Antifa, kaum anarkis, dan sayap pro-Hamas dari Partai Demokrat kiri ekstrem,” ujarnya kepada wartawan. Pernyataan ini langsung dibalas sindiran oleh peserta aksi. “Kalau ini kebencian, maka seseorang perlu kembali ke sekolah dasar,” kata Paolo (63) di tengah kerumunan yang bersorak di Washington, menyoroti perbedaan persepsi yang tajam. Tony (34), seorang insinyur perangkat lunak, menambahkan bahwa protes ini mencerminkan jurang politik yang makin dalam. “Begini intinya soal sayap kanan: mereka membenci kami, dan saya tidak peduli,” ujarnya.

Menegakkan Demokrasi dan Memperingatkan Bahaya Otoritarianisme

Deirdre Schifeling dari American Civil Liberties Union (ACLU) menegaskan bahwa para pengunjuk rasa ingin menegakkan prinsip kesetaraan. “Kita adalah negara hukum yang berlaku untuk semua orang. Kita tidak akan dibungkam,” tegasnya. Senada dengan itu, Leah Greenberg dari Indivisible Project menilai langkah Trump mengirim pasukan Garda Nasional ke kota-kota besar yang dipimpin Partai Demokrat sebagai upaya menakut-nakuti publik. “Itu strategi klasik otoriter: mengancam, mencemarkan nama baik, dan berbohong agar orang tunduk,” katanya.

Senator progresif Bernie Sanders juga turut berpidato di depan Gedung Capitol, memperingatkan bahaya meningkatnya kekuasaan di tangan segelintir elit. “Kita punya presiden yang ingin memusatkan kekuasaan di tangannya sendiri dan di tangan para oligarki,” ucap dia. Bagi Isaac Harder (16), siswa sekolah menengah asal Illinois, aksi ini adalah bentuk perlawanan generasi muda. “Ini jalan menuju fasisme, dan saya ingin melakukan apa pun untuk menghentikannya,” katanya, menyuarakan kekhawatiran generasi milenial dan Z terhadap masa depan demokrasi AS.

Gerakan “No Kings” ini tidak hanya menyoroti kebijakan kontroversial Trump dan lumpuhnya pemerintahan federal, tetapi juga mencerminkan polarisasi politik yang mendalam di Amerika Serikat. Aksi ini menjadi pengingat kuat akan kekuatan rakyat dalam menyuarakan hak-hak konstitusional mereka dan menuntut pertanggungjawaban dari para pemimpin, di tengah kekhawatiran akan ancaman terhadap nilai-nilai demokrasi inti.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *