Oktober 1, 2025
padel-booming-indonesia

Dari Demam Nasional ke Fase Jenuh di Swedia

Antara 2016–2020, Swedia sempat menjadi pusat kebangkitan padel dunia. Lapangan baru muncul di hampir setiap kota, selebritas ikut berinvestasi, bahkan Zlatan Ibrahimovic mendirikan Padel Zenter di Arsta.

Saat pandemi COVID-19, popularitas padel meledak. Gym tutup, olahraga tim dilarang, padel pun jadi pilihan ideal: mudah, minim kontak fisik, dan tetap sosial. Jumlah lapangan naik hingga lebih dari 1.000 persen.

Namun, setelah pembatasan berakhir, pasar jenuh. Media SVT mencatat lebih dari 100 fasilitas padel tutup antara 2022–2024. Produksi berlebihan membuat harga jatuh, stok menumpuk, dan banyak bisnis gulung tikar.

Indonesia Justru Alami Pertumbuhan Cepat

Padel Masuk via Ekspatriat dan Wisatawan

Padel hadir di Indonesia pada akhir 2019 lewat ekspatriat, pelajar, dan wisatawan asing, terutama di Bali. Dari sana, tren menyebar ke Jakarta, Surabaya, hingga kota besar lain.

Komunitas Padel Berkembang Pesat

Komunitas PAUD (Padel Aja Udah) di Jakarta awalnya hanya beranggotakan kurang dari 10 orang. Kini jumlahnya mendekati 1.000. Antusiasme ini memperlihatkan padel bukan sekadar tren singkat.

Minat Publik Terus Meningkat

House of Padel (HOP) di Jakarta mencatat okupansi lapangan mencapai 98 persen pada 2025. Lapangan penuh di jam kerja maupun liburan. Tarif sewa Rp500.000 per jam tidak menyurutkan minat pemain baru.

Padel Jadi Gaya Hidup Baru

Lebih Mudah Dibanding Tenis

Padel lebih ramah pemula. Raket ringan, lapangan kecil, dan permainan cepat membuat olahraga ini terasa menyenangkan. Banyak orang yang awalnya tidak suka olahraga raket akhirnya ketagihan.

Olahraga dan Networking Sosial

Bagi sebagian pemain, padel bukan hanya olahraga. Mereka menjadikannya sarana mencari teman, membangun relasi, bahkan peluang kerja. Networking di lapangan menambah daya tarik padel sebagai bagian gaya hidup urban.

Prospek Padel di Indonesia dan Dunia

Global Padel Report 2023 memprediksi jumlah lapangan padel dunia mencapai 85.000 unit pada 2026, dengan nilai ekonomi sekitar 6 miliar euro.

Di Asia Tenggara, Thailand masih memimpin dengan lebih dari 90 lapangan. Namun Indonesia tumbuh lebih cepat, dengan komunitas aktif dan dukungan dari KONI lewat PBPI. Padel bahkan sudah masuk ke Pekan Olahraga Nasional sebagai cabang ekshibisi.

Indonesia kini berada di fase emas, mirip Swedia pada 2016. Tantangan ke depan ada di konsistensi komunitas, dukungan investor, dan pengembangan kompetisi resmi agar padel tidak hanya jadi tren sesaat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *