
Inggris dan Australia mengambil langkah berani dengan mengakui Negara Palestina. Netanyahu menanggapi dengan sindiran pedas. Apa dampaknya bagi perdamaian Timur Tengah?
Pengakuan Berani dari Inggris dan Australia
Dunia internasional kembali diguncang oleh keputusan berani dan mengejutkan dari Inggris serta Australia. Kedua negara tersebut secara resmi mengakui berdirinya Negara Palestina, sebuah langkah yang dipandang sebagai momentum penting dalam upaya mewujudkan perdamaian di kawasan Timur Tengah.
Bagi banyak pihak, keputusan ini menjadi bukti bahwa komunitas global mulai kehilangan kesabaran terhadap konflik panjang yang tak kunjung usai. Inggris menekankan bahwa pengakuan tersebut bertujuan untuk menghidupkan kembali proses diplomasi, sementara Australia menyebutnya sebagai pengakuan atas hak sah rakyat Palestina untuk menentukan nasib mereka sendiri.
Netanyahu Melontarkan Sindiran Tajam
Pernyataan Sinis Netanyahu Pada Media Sosial
Namun, reaksi keras datang dari Tel Aviv. Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dengan nada penuh sindiran, menyatakan bahwa “Negara Palestina tidak akan pernah ada.” Ucapannya di media sosial X tersebut memicu kontroversi luas dan dianggap sebagai upaya menolak realitas politik yang sedang terbentuk.
Tak hanya itu, Netanyahu juga menyindir masa lalu kolonial Inggris, menyinggung sejarah penjajahan di Timur Tengah sebagai retorika yang sarat emosi sekaligus provokasi.

Desakan Balasan dari Sayap Kanan Israel
Tak berhenti di sana, sejumlah menteri Israel dari kubu sayap kanan menuntut tindakan balasan cepat. Mereka mendorong penerapan kedaulatan penuh atas wilayah Tepi Barat sekaligus pembubaran Otoritas Palestina. Bagi mereka, pengakuan dari negara-negara Barat ini adalah ancaman serius yang tidak boleh dibiarkan tanpa respons.
Dampak Pengakuan Palestina Kancah Global
Momentum Baru bagi Solusi Dua Negara
Pengakuan Inggris dan Australia dinilai sebagai titik balik dramatis dalam perjuangan menuju solusi dua negara. Gagasan di mana Israel dan Palestina dapat hidup berdampingan dengan damai kembali mendapatkan ruang di panggung internasional.
Meski demikian, jalan menuju perdamaian tetap penuh rintangan. Israel masih memegang kendali politik dan militer yang kuat, sementara Palestina berjuang untuk mendapatkan pengakuan luas serta kedaulatan penuh.
Risiko Ketegangan yang Membara
Di sisi lain, langkah pengakuan ini berpotensi memperdalam ketegangan. Retorika keras dari para pejabat Israel bisa memicu eskalasi konflik, khususnya bila Israel melanjutkan agenda perluasan wilayah di area yang disengketakan.
Selain berdampak di Timur Tengah, keputusan ini juga menjadi instrumen politik di negara-negara pengakui. Tekanan publik internasional terhadap Israel semakin besar, dan dukungan global terhadap Palestina kian sulit diabaikan.
Harapan dan Gejolak
Pengakuan resmi dari Inggris dan Australia terhadap Negara Palestina adalah keputusan bersejarah, penuh makna, dan sarat keberanian politik. Meski Netanyahu menanggapi dengan sindiran tajam, fakta bahwa semakin banyak negara besar mendukung Palestina menunjukkan adanya perubahan arus besar dalam diplomasi global.
Konflik ini memang jauh dari kata selesai, tetapi pengakuan tersebut menghadirkan cahaya harapan baru bagi jutaan rakyat Palestina. Jika momentum ini mampu dikelola dengan bijak, bukan tidak mungkin dunia akan menyaksikan lahirnya babak baru perdamaian di Timur Tengah.