September 16, 2025

Sidoarjo, Rabu, 10 September 2025 – Dengan sorak gembira tribun yang mereda, kiper Timnas U-23 Indonesia, Cahya Supriadi, menahan haru saat menyampaikan pesan tulus kepada publik. Usai kekalahan tipis 0-1 dari Korea Selatan dalam laga penentu Kualifikasi Piala Asia U-23 2026, Cahya tak kuasa menyembunyikan rasa kecewa. Meski tampil cemerlang dengan sederet penyelamatan gemilang, ia tetap merasa bertanggung jawab atas kegagalan tim melangkah ke putaran final.

“Kami mohon maaf kepada seluruh pendukung karena belum bisa memberi hasil terbaik. Terima kasih sudah selalu mendukung kami di sepanjang kualifikasi,” ungkapnya lirih, penuh penyesalan 

Gol cepat Korea Selatan via Hwang Do-yun di menit ke-6—yang tampak sempat membentur mistar sebelum masuk—membuat skor berubah cepat jadi 0-1,Namun, Cahya langsung bangkit sebagai benteng pertahanan tim. Ia melakukan setidaknya delapan hingga sembilan penyelamatan penting, termasuk memblok tendangan dari Park Seungho di menit ke-16 dengan kaki—sekali lagi menunjukkan refleks impresifnya. Prestasi itu pun membuatnya dinobatkan sebagai Man of the Match, meski laga berakhir pahit 

Liputan6 bahkan menyorot betapa “jatuh-bangun”nya cahya Supriadi menjaga gawang Garuda Muda sepanjang laga penuh tekanan. Meski demikian, penjaga gawang PSIM Yogyakarta ini tetap rendah hati. Dalam wawancara usai pertandingan, ia menuturkan apresiasi mendalam terhadap solidaritas teman-temannya. “Saya pikir teman-teman sudah berjuang baik. Kami berusaha mengantisipasi tekanan lawan dengan sebaik-baiknya,” tuturnya penuh rasa.

Bola.com mencatat bahwa Indonesia memang tampil agresif sejak awal, dengan penguasaan bola mencapai sekitar 59%, namun sayang momentum tak berubah menjadi gol penyama kedudukan,Liputan6 mengulas tiga faktor utama penyebab kegagalan Indonesia melaju ke putaran final: hilangnya fokus sejak awal, lemahnya efektivitas serangan—terutama dalam penyelesaian akhir—dan terburu-buru saat membangun serangan sehingga mudah kehilangan bola di zona berbahaya.

Dengan hanya mengumpulkan 4 poin, Garuda Muda finis sebagai runner-up Grup J—namun tetap gagal menjadi salah satu dari empat runner-up terbaik yang berhak lolos ke putaran final 

Lahir pada 11 Februari 2003 di Karawang, Cahya Supriadi kini menjadi tulang punggung di bawah mistar PSIM Yogyakarta dan Garuda Muda U-23. Ia telah mencatat beberapa caps di tim nasional serta membuktikan kematangannya sepanjang kualifikasi ini.

Setelah pertandingan, nuansa haru menyelimuti. Cahya menyampaikan ungkapan maaf yang menggetarkan hati suporter yang datang jauh-jauh untuk memberikan dukungan: “Sekali lagi, terima kasih dan saya minta maaf”. Aksi heroiknya di lapangan—meski gagal menyelamatkan tiket ke laga final—tetap menjadi simbol pengabdian dan dedikasi seorang penjaga gawang yang tak kenal menyerah.

Kegagalan lolos ke Piala Asia U-23 2026 di Arab Saudi memang menyakitkan, tapi pesan Cahya mengandung pelajaran penting: tanggung jawab, profesionalisme, dan sikap rendah hati tetap dijunjung tinggi di tengah kegagalan,

Performa luar biasanya—walau gagal menghindarkan kekalahan—patut diacungi jempol.


Ringkasan Dramatis

AspekHighlight
Penampilan CahyaSekitar 8–9 penyelamatan krusial, Man of the Match
Pernyataan CahyaPermintaan maaf tulus kepada suporter, apresiasi untuk tim
Permainan TimDominasi penguasaan bola, namun minim peluang konkret dan efektivitas rendah
Hasil AkhirKalah 0-1 vs Korea Selatan, gagal melaju ke putaran final

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *